Rabu, 28 September 2011

PIDATO KETUA UMUM PARTAI SRI.

Pada Silaturahmi Idul Fitri, 15 September 2011.

Rekan-rekan seperjuangan dan hadirin yang kami hormati,
Dari mimbar ini kami menyampaikan Salam Integritas.

Selamat malam, selamat datang di Rumah Integritas, kantor Partai SRI dan SMI-Keadilan. Masih dalam suasana Idul Fitri, saya engucapkan minal 'aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Selebihnya, tentu adalah suasana politik. Oleh karena itu, setelah urusan maaf-memaafkan ini, perkenankanlah saya berbicara tentang politik, yaitu sebagai pernyataan kepada publik tentang pandangan Partai SRI menyangkut keadaan politik sekarang ini. Uraian ini sekaligus dimaksudkan sebagai garis politik bagi jajaran Partai SRI di segenap pelosok tanah air dari pusat sampai tingkat kecamatan.

Saudara-saudara yang budiman,

Pertama-tama, saya menyampaikan terima kasih kami, yaitu Pimpinan dan segenap Pengurus Partai SRI se-Indonesia, kepada para anggota, simpatisan, pendukung dan rekan-rekan sekalian, atas sikap dan pikiran suportif terhadap Partai ini. Bagaimanapun, kehangatan tali silaturahmi di antara kita adalah enersi utama yang mendorong Partai SRI mampu mengucapkan 'politik baru' di ruang politik nasional hari ini. Kepada rekan-rekan wartawan, sekaligus saya berterima kasih untuk simpati, obyektivitas dan sugesti yang saudara-saudara berikan pada kami sepanjang aktivitas kami selama ini. Kami menumpuk kliping berita saudara-saudara, sedemikian banyak sehingga ruang kerja saya sebagai ketua partai tergusur. Bagi kami, kekurangan ruang kerja masih lebih baik daripada kekurangan ruang publik.

Sahabat-sahabat yang baik,

Memang, inilah sesungguhnya prinsip Partai SRI : mengisi ruang publik dengan etika politik, agar warganegara dapat tumbuh sebagai produsen-produsen dan bukan sekadar konsumen demokrasi. Keinginan untuk menyaksikan Indonesia yang bermatabat adalah pekerjaan yang harus dimulai dengan menumbuhkan warganegara sebagai aktor aktif dalam demokrasi. Partai SRI berkehendak, dan sedang bekerja untuk tujuan itu. Jadi, bagi kami soal verifikasi partai politik hanyalah alat untuk menjalankan politik warganegara. Kami sadar bahwa itulah alat satu-satunya untuk mengucapkan politik demokrasi. Jadi, dengan segala daya dan upaya, kami sangat optimistik bahwa dalam beberapa minggu ke depan Partai ini akan resmi menjadi partai politik baru, partai yang dipersiapkan oleh orang-orang independen disediakan untuk warga negara independen dan mengusung figur presiden yang independen.

Kata 'independen' kami pilih untuk memperlihatkan secara jernih bahwa kemerosotan politik kita hari-hari ini tidak menyurutkan niat dan tekad sejumlah manusia Indonesia untuk tetap mencintai Republik, bekerja membersihkan dan memperbaiki kondisi buruk itu demi terwujudnya kemaslahatan bersama. Mereka itulah warga negara yang tidak tercemar korupsi, tidak memanfaatkan kedudukan politik untuk kepentingan pribadi atau kelompok, dan tidak mengejar kekuasaan dengan merendahkan martabat manusia. Kami menyebutnya sebagai 'rakyat independen', yang oleh dorongan integritas dan kecintaan kepada Indonesia, mau berkumpul dan berserikat untuk memulai suatu upaya pembenahan negeri ini. Dengan kata lain, 'rakyat independen' itulah yang memiliki Partai ini : Partai Serikat Rakyat Indpenden yang berlambang sapu lidi. Anda boleh menafsirkan lambang 'sapu lidi' itu sesuka hati. Tetapi sapu lidi adalah peralatan yang seharusnya dimiliki setiap orang, dan fungsinya adalah membersihkan. Sekali lagi, membersihkan ! Kita hadapkan sapu itu pertama-tama keatas, karena dari ataslah pembersihan itu harus dimulai.

Hadirin yang mulia,

Dalam ucapan Idul Fitri di media massa yang baru lalu, kami menyatakannya dalam ungkapan : 'bersihkan diri' (yang berlambangkan ketupat), lalu 'bersihkan negeri' (yang berlambangkan sapu lidi). Pesannya jelas : Pertama, untuk membersihkan negeri kita terlebih dahulu sebagai pribadi-pribadi, kita harus bersih. Adalah mustahil mengharapkan dari sebuah partai yang pimpinannya berlumuran 'lumpur', terlihat korupsi, mengemplang pajak, bermain politik uang dan menjungkirbalikkan akal sehat untuk melaksanakan pekerjaan besar itu : Bersihkan negeri ! Kedua, Partai ini ingin memisahkan 'urusan pribadi' dengan 'urusan publik'. Bagi kami, politik adalah urusan keadilan dan kesejahteraan publik, itulah semangat kita bernegara, semangat Republikanisme, lebih tepatnya republikanisme yang pluralistik, dalam bingkai Pancasila, yang merupakan asas Partai SRI.

Saudara-saudara yang saya hormati,

Politik kita belakangan ini memang berada di dalam era yang amat kritis. Salah satu terpenting di antaranya adalah kasus korupsi yang melibatkan semua institusi politik utama kita : eksekutif, legislatif dan judikatif. Sebagaimana diberitakan media massa, dalam hal korupsi, rakyat hampir tidak bisa lagi membedakan antara satu partai dengan partai yang lain, maksud kami, parta-partai yang mendominasi kehidupan politik Indonesia saat ini. Para pemimpin dan kelompok-kelompok politik lebih banyak cekcok di seputar kepentingan pribadi dan golongan daripada mengurusi kemaslahatan bersama yang menjadi tujuan kehidupan bersama yang bernama republik.

Proklamasi 17 Agustus 1945, memamng, 'telah mengantarkan rakyat ke depan pintu gerbang kemerdekaan'. Sekali lagi, kedepan pintu gerbang kemerdekaan ! Dan sampai sekarang sebagian besar rakyat masih tetap berada di depan pintu gerbang itu dalam keadaan hidup terlunta-lunta dan tidak berdaya untuk mendayagunakan perannya sebagai warga negara dalam kehidupan berdemokrasi. Hanya segelintir orang, yaitu mereka yang memiliki kekayaan berlimpah atau mereka yang ditopang oleh orang-orang bergelimang uang, yang dapat melewati pintu gerbang kemerdekaan itu. Akibatnya, demokrasi telah bersenyawa dengan plutokrasi, demokrasi telah hidup berdampingan dengan oligarkhi.

Hadirin sekalian,

Situasi yang demikian itu tentu saja bertentangan dengan semangat kemerdekaan dan jiwa konstitusi kita. Bukan hanya itu. Situasi ini membuat rakyat tidak puas dan kehilangan kepercayaan pada politik, bahkan pada republik, sehingga mereka memilih sikap apatis atau nafsi-nafsi. Meski dapat dipahami, sikap demikian sungguh tidak sehat bagi demokrasi dan kehidupan bersama pada umumnya. Bersikap nafsi-nafsi dalam kehidupan politik, berarti atau sama saja membiarkan situasi buruk itu terus berlangsung.

Inilah kondisi yang juga menjadi bahan pertaruhan para petualang politik, yaitu mereka yang seolah-olah berpikir tentang perubahan, tapi sebetulnya sekedar hendak memancing di air keruh untuk kepentingan-kepentingan sempit kelompok. Sebagian mereka adalah para politik yang ketagihan kuasa dan tidak hendak melembagakan perjuangan perubahan politik dalam agenda formal demokrasi. Sebagian lagi adalah barisan sakit hati, yang memelihara dendam politik karena kepentingannya terhalang oleh politik reformasi. tetapi apapun motif dan alasanya, gerakan-gerakan itu pada akhirnya dapat, bahkan akan makin memerosotkan cita-cita dan institusi-institusi demokrasi yang sudah kita miliki sekarang ini.

Saudara-saudara yang budiman,

Tanpa alternatif kepemimpinan dan tanpa pengetahuan mendasar tentang kehidupan demokrasi, kita tidak mungkin menghasilkan perubahan bermutu bagi Republik ini. Tentu saja kita percaya pada suara rakyat, suara masyarakat sipil, suara akademisi. Tetapi hanya tokoh berintegritas yang layak mewakili suara-suara keadilan itu. Sebaliknya, tokoh-tokoh yang jelas-jelas punya masalah besar dengan 'integritas' dirinya, seharusnya menyadari sepenuhnya bahwa ambisi-ambisi berlebih yang sedang mereka upayakan itu justru hanya akan merusak sendi-sendi dasar kehidupan demokrasi kita. Politik bagaimanapun harus tumbuh dalam prinsip-prinsip etika, nilai demokrasi dan aturan konstitusi.

Kepemimpinan Indonesia ke depan, haruslah bertumpu pada kekuatan kebijakan publik. Itu tentu mensyaratkan kejujuran seorang pemimpin agar mampu memisahkan mana soal-soal publik juga mempersyaratkan kemampuan profesional, yaitu keahlian dan penguasaan masalah, Dan pada akhirnya, kepemimpinan berarti ketegasan dalam memutuskan dan mengambil tanggungjawab. Itulah sebabnya Partai ini hendak memastikan kepemimpinan Indonesia periode berikutnya pada seseorang yang Jujur, Tegas dan Mampu. Samapai pada saat ini, kualitas itu ada pada satu nama : Sri Mulyani Indrawati.

Para sahabat yang baik,

Di dalam kualitas itulah, kita bekerja untuk masa depan. Membayangkan Indonesia yang bersih, berarti membayangkan kebahagiaan generasi baru. Infrastruktur keadilan harus kita bangun demi mereka. Demokrasi yang sehat harus menjadi warisan bagi mereka, jiwa warga negara yang Independen, harus tumbuh dalam diri mereka. Itulah Republik Indonesia yang kita cita-citakan.

Jadi, bila hari ini kita mulai mengaktifkan keinginan kita untuk membersihkan Indonesia, maka teruslah percaya pada hasil akhir yang pasti berwujud. Partai SRI adalah kesempatan yang mungkin menjadi peralatan kita. Tapi lebih dari itu, dalam semua kesempatan yang tersedia, di mana pun kita terlibat dengan ide keadilan dan kemakmuran, selalu ada sapu lidi ditangan kita masing-masing, yang segera kita angkat dengan cara kita masing-masing, untuk membersihkan negeri ini. Itulah partisipasi warga negara yang secara aktif ingin menjadi pemuka demokrasi, pemimpin perubahan, peletak harapan generasi baru.

Dari mimbar ini, saya serukan marilah kita merapatkan barisan !

Terima kasih, dan Salam Integritas.

D, Taufan
Ketua Umum Partai SRI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar