Sabtu, 10 September 2011

Bursa Capres di Titik Nadir.

Sejumlah nama calon presiden untuk pilpres 2014 bermunculan. Calon dari partai besar dan calon yang memiliki trah politik dianggap punya peluang terbaik. Tokoh alternatif bisa saja mencuat akibat ketidakpercayaan publik kepada parpol.

       Kick-off pemilihan presiden 2014 memang masih lama. Namun hal itu tidak mengurangi minat para politikus, analis politik dan lembaga-lembaga survei untuk mulai membicarakan peluang para tokoh yang potensial maju sebagai calon presiden (capres). Nama-nama pimpinan partai politik banyak mendominasi bursa capres 2014 pada saat ini. Ada juga tokoh-tokoh pimpinan lembaga negara.
       Survei yang dirilis Institute for Strategic and Public Policy Research (Inspire), akhir April lalu, menempatkan nama Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum di urutan pertama kandidat capres 2014 dengan (16,8 %) suara. Berikutnya, ada nama Megawati Soekarnoputri (14,8%), Prabowo Subianto (12,9%), Wiranto (8,9%), Aburizal Bakrie (7,7%), Hatta Rajasa (3,8%), Muhaimin Iskandar (2,1%), Luthfi H.Ishak (1,6%) dan Suryadharma Ali (1,5%).
       Nama-nama itu tentu bukan harga mati. Posisi Anas misalnya mulai meragukan akibat "nyanyian" tersangka kasus korupsi Wisma Atlet, M. Nazaruddin. Maka, nama-nama baru pun terus bermunculan. Pengamat politik dari Sugeng Sarjadi Syndicate, Sukardi Rinakit misalnya sempat memunculkan nama Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD. Nama-nama lain yang disebut Sukardi adalah Sri Mulyani Indrawati, Puan Maharani dan Ibu Negara Ani Yudhoyono.
       Nama Sri Mulyani mulai menguat setelah para pendukungnya resmi membentuk Partai Serikat Rakyat Independen (SRI) untuk mengusungnya. Nama Ani Yudhoyono dimunculkan oleh juru bicara partai Demokrat, Ruhut Sitompul. Sedangkan nama Puan Maharani mencuat setelah Megawati disebutkan tidak akan mencalonkan diri lagi.
       Di luar itu, muncul pula nama Menkopolhukkam, Djoko Suyanto yang kabarnya diajukan Partai Keadilan Sejahtera. Ada juga nama Surya Paloh, KSAD Jenderal Pramono Edhie Wibowo dan Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto. Adalah Sekretaris Jenderal Partai Nasional Republik (Nasrep), Edy Waluyo yang memunculkan nama Tommy. Sekarang masih menyiapkan kendaraan politik. Jika sudah ada, baru Nasrep bicara strategi pemenangan, kata Edy soal pencalonan Tommy.
       Lantas bagaimana peluang mereka ? Pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya menyebutkan bahwa Pemilu 2014 adalah titik nadir pesimisme publik terhadap demokrasi Indonesia. Harusnya betul-betul menjadi masa bagi capres bicara program, untuk menanggulangi pesimisme publik, katanya. Ia menilai, pemilih kritis akan banyak yang memilih menjadi golput.
       Karena itu, tokoh-tokoh yang punya loyalis di partainya seperti Megawati Soekarnoputri, Jusuf Kalla atau Aburizal Bakrie akan diuntungkan. Begitu pula tokoh yang punya trah politik terhormat, seperti Puan Maharani dan Tommy Soeharto bisa saja ikut berjaya.
Pengamat politik dari LIPI, Siti Zuhro menyebutkan bahwa tokoh yang diusung partai besar seperti Golkar, PDI Perjuangan dan Partai Demokrat memiliki peluang besar. Tetapi tiga partai itu harus hati-hati memilih calon karena, menurut Zuhro pemilih tidak akan memilih tokoh yang punya beban di masa lalu. Ada distrust yang besar dari publik yang tidak ingin calon-calon yang terbebani masa lalu itu muncul, ujarnya.
       Disinilah tokoh-tokoh "tandingan" bisa memiliki peluang. Ia menyebutkan, Sri Mulyani dan Mahfud MD bisa menjadi alternatif. "Keduanya masih di atas angin. Alasannya, kayaknya Indonesia butuh pendekar hukum dan pendekar ekonomi", kata Siti Zuhro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar